PERALATAN UNTUK MENDUKUNG PEMBUATAN BIO DIESEL: ALAT PRESS BIJI JARAK (EXPELLER)
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber minyak bumi yang diantaranya dapat dilalah menjadi minyak solar. Akan tetapi saat ini minyak bumi yang dimiliki telah berkurang bahkan sudah tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri sehingga perlu melakukan import yang berarti harus menggunakan sebagian devisa negara. Pengurangan jumlah subsidi terhadap minyak yang di lakukan oleh pemerintah membawa efek negatif, karena harga bahan bakar minyak di dalam negeri mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Dampak kenaikan bahan bakar minyak ini yang rata-rata mencapai angka 126 % melalui Perpres No. 5 tahun 2005 pada tanggal 10 Oktober 2005 mengakibatkan penduduk miskin di pedesaan, nelayan, petani, dan pengusaha kecil sangat terpukul, hal ini di akibatkan karena kenaikan bahan bakar minyak membawa dampak yang sangat luas terhadap kenaikan harga-harga kebutuhan yang lain, termasuk kenaikan harga kebutuhan bahan pokok ( Priyanto, 2007). Bahan bakar minyak yang selama ini di pakai hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia merupakan bahan bakar yang berasal dari fosil yang mempunyai sifat tidak dapat di perbaharui dan ketersediaannya sangat terbatas. Ini keadaan yang sangat tidak menguntungkan bagi generasi ke depan, dan juga sangat rentan, apabila dikaitkan dengan kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak dalam negeri yang terus mengalami peningkatan perharinya. Sementara cadangan minyak fosil yang di miliki oleh bangsa ini hanya bisa bertahan kurang lebih 20 tahun lagi (Alam Syah, 2006). Dalam menyikapi pemenuhan kebutuhan energi nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, maka perlu adanya usaha-usaha untuk mencari dan memanfaatkan sumber-sumber energi alternatif yang memiliki sifat terbarukan. Menurut hasil riset Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang berpotensi menjadi energi bahan bakar alternatif. Di antaranya adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, dan kapuk yang bisa dijadikan biodiesel untuk bahan bakar alternatif pengganti solar. Jarak pagar merupakan tanaman unggulan untuk pengembangan biodiesel. Tanaman jarak pagar prospektif sebagai bahan baku biodiesel mengingat tanaman ini dapat tumbuh di lahan kritis dan karakteristik minyaknya yang sesuai untuk biodiesel. Biaya operasional pengembangan tanaman jarak pagar lebih ekonomis dibandingkan kelapa sawit. Sebagai perbandingan, biaya pengembangan dan perawatan tanaman jarak pagar hanya perlu 20% hingga 25% dari input atau hasil pendapatan total produksi sementara kelapa sawit memmerlukan 40% sampai 50% dari input yang dihasilkannya untuk pengembangan dan perawatan.(Alam Syah, 2006).
2012rddesember3
Komentar Terbaru