PERANCANGAN MESIN PERAJANG DAUN TEMBAKAU

Tingkat konsumsi rokok di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Selama kurun waktu 1970 hingga 2000, konsumsi rokok di Indonesia meningkat hingga tujuh kali lipat dari 33 milyar menjadi 217 milyar batang pertahunnya. Pada tahun 2005, konsumsi rokok di Indonesia mencapai 214 milyar batang dan tahun 2008 menjadi 240 milyar batang. (TCSC-IAKMI, 2009). Dengan tingkat konsumsi 240 milyar batang per tahun sama dengan 658 juta batang rokok per hari atau sama dengan uang senilai 330 milyar rupiah di bakar olah para perokok Indonesia setiap harinya. Dengan jumlah perokok di Indonesia yang mencapai lebih dari 60 juta, dan konsumsi rokok yang mencapai 240 milyar batang per tahun, maka dapat dikalkulasikan jumlah konsumsi rokok rata-rata per hari yaitu 10,95 batang per hari. Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar di Indonesia yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan rokok. Selain memberikan kenikmatan rokok juga dapat menunjang ekonomi suatu negara walaupun saat ini marak dikampanyekan pengurangan rokok besar-besaran dengan alasan kesehatan dan sebagainya. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan pihak industri
maupun konsumen rokok untuk tetapmemproduksi dan mengkonsumsinya dengan berbagai alasan. Selain itu dau
tembakau juga banyak memiliki manfaat lain seperti dapat menghasilkan zat protein anti kanker, obat diabetes dan antibodi, obat anti radang, sebagai pemelihara kesehatan ternak, obat luka, dan yang sedang marak akhir-akhir ini adalah penggunaan daun tembakau sebagai biofuel. Lahan pertanian daun tembakau yang melimpah di seluruh Indonesia juga menjadi tututan bagi para petani untuk selalu bisa mengolah daun tembakau dengan cepat dan tepat. Dalam proses produksinya, rokok melewati beberapa proses yaitu pembibitan, penanaman daun tembakau, pengecekan kadar air di lahan penanaman, proses panen, penjemuran dan salah satunya adalah proses perajangan daun tembakau. Pada proses
perajangan, petani tembakau masih banyak yang menggunakan cara manual, yaitu dengan menggunakan dudukan tembakau yang terbuat dari kayu atau koplokan dan dipotong dengan menggunakan pisau rajang. Proses perajangan manual dibutuhkan waktu yang relatif lama, selain memakan waktu perajangan secara manual juga menghasilkan
ukuran rajangan yang tidak seragam. Perajangan daun tembakau dengan koplokan ini hanya mampu menghasilkan ±60-
80kg/jam daun tembakau basah, sedangkan dalam sekali panen daun tembakau yang harus mereka potong mencapai ±1 ton daun basah dan setelah dipanen harus segera dirajang dan dijemur. Untuk memenuhi produksi panen itu maka petani harus bisa merajang ±200kg/jam. Maka dari itu untuk meningkatkan hasil produksi panen diperlukan mesin perajang daun tembakau yang merupakan salah satu alternatif dan juga memberi keamanan dalam proses atau perajangan daun tembakau pada para petani tembakau terutama skala rumah tangga.
Komentar Terbaru