Napak Tilas Perjuangan Ki Ageng Mangir I

Penulisan sejarah lokal di Indonesia 2 yang dilakukan sekitar tahun 1990 M merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan gairah penelitian sejarah lokal. Hal
ini dilakukan untuk membantu upaya merekonstruksi sejarah nasional yang lebih baik. Namun usaha tersebut menghadapi permasalahan yang sulit untuk diatasi karena keterbatasan sumber tertulis. Kesulitan dalam penulisan sejarah lokal menjadi bertambah, seiring dengan penulis tradisional yang mencampuradukkan penuturan yang bersifat legendaris dengan yang bersifat historis. Penulisan seperti ini di daerah Jawa pada 3 umumnya berbentuk babad. Sebagaimana terjadi dalam penulisan sejarah lokal lainnya, penulisan sejarah 4 pada masa kekuasaan Ki Ageng Mangir I masih banyak yang belum terungkap. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan sumber tertulis. Sumber-sumber yang ada pada saat ini tidak mampu mengungkapkan seluruh peristiwa tersebut. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila kemudian H.J. de Graaf (1899- 1984) -seorang sejarawan- Belanda mengatakan bahwa penelitian sejarah Jawa pada abad ke-16 diabaikan dan terhimpit antara dua perhatian yaitu kajian arkeologis pada pra abad ke-16 dan kajian masa kolonial pada pasca abad ke- 16. Peristiwa sejarah dapat diketahui atau direka ulang dengan adanya bukti peristiwa tersebut. Bukti sejarah itulah yang bisa menggambarkan bagaimana peristiwa itu terjadi. Untuk mengungkap kembali peristiwa masa lalu tentu diperlukan sumber-sumber sejarah yang mendukungnya. Sumber-sumber itu berasal dari jejak-jejak peninggalan masa lampau yang dapat memberi informasi tentang sebuah peristiwa atau aktifitas manusia saat itu. Salah satu peninggalan yang merupakan bukti sejarah perjuangan Ki Ageng Mangir I adalah situs mangir yang berada di Dusun Mangir Desa Sendangsari,
Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Situs ini banyak kita temui di sana sebagai saksi sejarah perjuangan Ki Ageng Mangir I yang melegenda sebab ia tidak mau patuh terhadap Kerajaan Mataram ataupun Pajang. Ki Ageng Mangir I merupakan salah satu tokoh yang terkenal di masyarakat, bahkan cerita lisan yang diungkapkan banyak berisi tentang pujian akan kehebatan Ki Ageng Mangir I. Hal itu terbukti dengan salah satu kisah yang menarik tentang Ki Ageng Mangir I, bahwa ia mempunyai anak yang bernama Baru Klinting. Baru Klinting inilah yang ditafsirkan banyak orang menggunakan sudut pandang mitos atau gaib yaitu pusaka yang ampuh berupa tombak. Sebagian masyarakat pun percaya akan hal tersebut, kemudian melakukan ritual (pertapaan) agar mendapatkan linuwih
(kekuatan) dari Ki Ageng Mangir I yang bercampur dengan hal-hal yang sinkretis. Peneliti tertarik melihat bagaimana sebenarnya riwayat perjalanan dari Ki
Ageng Mangir I yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran hidup tentang sikapnya terhadap rakyat maupun kebijakan-kebijakannya. Ki Ageng Mangir I
mempunyai pemikiran yang berbeda dengan tokoh lainnya pun menambah wawasan tersendiri untuk perlu dikaji lebih mendalam. Ki Ageng Mangir I adalah
guru panutan, dan seorang yang terkemuka.
Komentar Terbaru