Alat Peringatan Gempa Berbasis Mikrokontroler Atmega8 dengan Output Suara (sirine)

Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana gempa bumi. Kondisi geologis merupakan salah satu penyebabnya. Secara geologis, posisi Indonesia terletak pada dua barisan pegunungan mediteran dan sirkumpasifik. Dan juga Indonesia terletak pada lempeng litosfer, yaitu dimana lempeng
India-Australia bertumbukan dengan lempeng Eurasia. Tempat pertemuan lempeng itu terus bergerak dan saling dorong-mendorong, dan ketika terjadi
pelepasan di satu lokasi, maka yang lain akan menuju ke keseimbangan yang baru dan akan terus bergerak sehingga berpengaruh ke lempeng yang lain. Dengan letak geologis yang demikian, Indonesia merupakan kawasan yang memiliki potensi besar terjadinya gempa bumi. Potensi terjadinya gempa bumi di
Indonesia cukup besar. Hal ini menyebabkan beberapa wilayah Indonesia sering terjadi gempa bumi baik dalam skala besar ataupun kecil. Hal ini dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang cukup dominan menyebabkan beberapa wilayah Indonesia sering terjadi gempa bumi, antara lain akibat aktifitas lempeng tektonik. Aktifitas itu adalah terjadinya tumbukan antara lempeng India- Australia dengan lempeng Eurasia. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor banyaknya gunung-gunung berapi di Indonesia yang masih aktif. Kawasan-kawasan yang rawan gempa bumi terletak di dekat batas-batas lempeng
yaitu sepanjang pantai barat pulau Sumatra, di sepanjang pantai Selatan pulau Jawa, menerus hingga ke Nusa Tenggara dan Bali, sebagian pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, dan Papua. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kawasan Indonesia yang sangat rawan terjadi gempa. Hal ini disebabkan kawasan Yogyakarta dikelilingi oleh beberapa sumber gempa. Yaitu gempa tektonik laut, gempa tektonik darat dan juga gempa vulkanik akibat aktifnya gunung Merapi. Pada tanggal 27 Mei 2006 adalah tanggal bersejarah bagi warga Yogyakarta. Gempa bumi 5,9 SR menggoncang seluruh wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, yang berpusat di pantai selatan propinsi DIY kemudian merambat melalui patahan di sepanjang kali Opak, hingga menciptakan sebuah trauma
yang sulit untuk dilupakan. Bahkan hingga terjadinya gempa bumi yang terakhir yaitu Sabtu, 21 Agustus 2010 di sore hari trauma masih terasa di masyarakat. Terlihat dari berhamburannya masyarakat yang berlari keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Bahkan sampai-sampai tidak berani tidur di dalam rumah untuk sementara (terjadi di dusun Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul). Gempa yang terjadi pada 27 Mei 2006 yaitu pagi hari sebelum orang-orang bangun untuk beraktifitas, ketika masyarakat masih dalam kondisi tidur, gempa bumi terjadi. Banyak bangunan roboh dan menimpa sebagian besar warga yang masih tidur. Sehingga terjadi banyak korban di sana. Untuk itu dibutuhkan suatu alat peringatan dini terjadinya gempa bumi. Karena dengan adanya alat tersebut, masyarakat di sekitar pusat gempa bumi bisa mengetahui lebih awal terjadinya gempa bumi.
Komentar Terbaru