BUDIDAYA INDIGOFERA SEBAGAI BAHAN BAKU PEWARNA BATIK ALAMI

Tanaman Indigofera merupakan salah satu jenis tanaman dimana daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami untuk pewarnaan kain batik yang mempunyai masa depan yang prospektif. Yogyakarta sebagai pusat batik sebagian besar industri batik untuk bahan pewarnanya menggunakan bahan pewarna kimia, demikian juga di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri masyarakat yang menjalankan usaha batik menggunakan bahan pewarna kimia untuk usahanya. Keuntungan dari pewarna tekstil kimia ini adalah murah dan mempunyai stabilitas yang tinggi dibandingkan dengan pewarna alam, disamping keanekaragaman warna yang tersedia dan kontinyuitas bahan yang terjamin sehingga lebih disukai konsumen. Tetapi semenjak ada larangan menggunakan zat warna kimia terutama dari jenis azo di Belanda, JepangĀ dan Jerman memberikan peluang untuk mencari pengganti pewarna alami.
Tanaman penghasil zat warna banyak tumbuh di Indonesia, lebih dari 150 jenis tanaman yang menghasilkan zat warna yang dapat diekstrak dari akar, batangĀ daun, bunga, kulit dan yang lainnya. Warna yang dihasilkan meliputi warna-warna kombinasi seperti hijau, jingga, coklat, nila maupun warna dasar merah, kuning dan biru (Heyne 1987 dalam Kasmudjo dkk). Di antara jenis tanaman penghasil warna tersebut adalah Indigofera. Daun tanaman ini dapat diekstrak yang dapat memberikan warna biru.
Dari hasil observasi di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri belum banyak masyarakat yang membudidayakan tanaman Indigofera ini, padahal bila melihat peluang yang ada apabila tanaman ini dibudidayakan secara intensif kemanfaatannya cukup banyak, di antaranya peningkatan pendapatan petani karena nilai jual tanaman sebagai pengganti warna sintetis ini jauh lebih tinggi dibanding harga pewarna kimia, pemanfaatan lahan marginal untuk budidaya indigofera .
Dari hasil analisis situasi dapat disimpulkan bahwa di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul yang sebagian masyarakat mengandalkan pendapatan dari kerajinan membatik, dengan konsumen utamanya turis asing yang menyukai batik dengan pewarna alami karena lebih ramah lingkungan. Maka hasil yang didapatkan lebih natural dengan nilai jualnya yang lebih tinggi. Melihat fenomena demikian diperlukan introduksi budidaya tanaman yang dapat menghasilkan zat warna alami sebagai bahan baku zat pewarna alam untuk kerajinan batiknya, salah satunya adalah tanaman Indigofera .
Komentar Terbaru