MODEL ONE VILLAGE ONE DESTINATION (OVOD) DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DESA WISATA KEBON AGUNG

Kondisi perekonomian daerah yang semakin terbuka dan kehidupan berpolitik yang lebih demokratis, dapat dipastikan bahwa di masa mendatang pembangunan desa akan terus memberikan tantangan yang lebih kompleks. Secara bersamaan banyak pihak yang menyuarakan dan mengakui bahwa desa mempunyai peranan yang besar bagi kota dan keutuhan NKRI. Pemerintah secara serius telah meluncurkan berbagai program pembangunan pedesaan, seperti program bidang pangan, program inpres desa tertinggal, program pengembangan terpadu antar desa, program komando gerakan makmur, bimbingan massal, intensifikasi massal, intensifikasi khusus, penyedian program bantuan kredit usaha tani, dan kredit usaha rakyat untuk memperbaiki kesejahtraan rakyat. Namun demikian, tetap saja sampai saat ini, masih banyak desa yang tidak berkembang, terbelakang, dan miskin.
Kemiskinan memicu timbulnya gejolak sosial ekonomi (1) menambah beban pemerintah dan masyarakat sekitarnya, (2) rendahnya kualitas dan produktifitas masyarakat, (3) rendahnya partisipasi masyarakat, (4) munculnya komunitas dengan tindakan kekerasan, (6) menurunnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, dan (6) merosotnya mutu generasi yang akan datang, dan disisi lain (7) pertambahan angkatan kerja baru secara alami semakin menambah panjangnya barisan penganguran terbuka. Oleh karena itu, sudah sewajarnya pembangunan ekonomi pedesaan itu menjadi prioritas utama dalam rencana, strategi dan kebija-kan untuk memutus mata rantai kemiskinan dan pengangguran di pedesaan.
Untuk menciptakan efek ganda terhadap peluang kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan, maka perlu dikembangkan wadah berbasis desa. Desa memiliki potensi untuk ditingkatkan kemandiriannya. Pemikiran untuk pembentukan desa mandiri dimulai dari kemampuan desa untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya dan memiliki kelimpahan produksi untuk dipasarkan di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.
Model OVOD (One Village One Destination) merupakan suatu pendekatan pengembangan potensi desa untuk menghasilkan produk wisata yang mampu bersaing di pasar internasional, dengan tetap memiliki ciri khas keunikan karakteristik daerah tersebut. Produk yang dihasilkan adalah produk yang memanfaatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam, maupun sumber daya manusia (Larasati dan Susanto, 2014) yang sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat desa dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam: (1) meningkatkan kualitas penanganan sumber daya secara berkelanjutan; (2) meningkatkan ketersediaan produk barang dan jasa dengan memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki secara berkelanjutan; (3) meningkatkan distribusi dan akses barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat; (4) meningkatkan mutu barang dan jasa; dan (5) meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Trisaktiyana, 2014).
Tiga prinsip dasar gerakan OVOD yaitu Pertama, luasan pasar, yakni pengembangan pendekatan desa wisata untuk meningkatkan, mengembangkan dan memasarkan produk wisata yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat, terutama yang bisa dipasarkan di dalam negeri maupun di luar negeri. Kedua, kemandirian dan kreativitas agar masyarakat mampu bangkit dan kreatif untuk menghasilkan produk yang memiliki power selling. Ketiga, pengembangan kualitas sumberdaya manusia setempat dan sinerginya dengan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat produktif lainnya.
Model OVOD menggunakan fokus target ditekankan pada aspek wilayah baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alamnya dalam satu sistem manajemen pembangunan yang terpadu. Keterpaduan ekologi manusia membentuk komunitas ekosistem sosial dalam satu tatanan unsur lingkungan hidup sebagai kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Oleh karena itu pilihan model OVOD dalam pengembangan ekonomi pariwisata menjadi gambaran nyata dari keterpaduan program dan dinamika internal suatu desa.
Implementasi model OVOD dilakukan dengan cara memetakan potensi sumberdaya alam dan lingkungan, mengembangkan potensi dan kemampuan sumberdaya manusia di tingkat desa sebagai dinamisator perekonomian desa, serta memberdayakan masyarakat setempat dalam mengelola potensi desanya untuk meningkatkan nilai tambah. Permasalahan utamanya adalah rendahnya kemajuan desa yang dianggap sebagai desa wisata. Dari 75 desa yang ada di Bantul, masih ada 16 desa yang miskin dan belum terentaskan oleh program-program pengentasan kemiskinan. Mengingat pentingnya pengembangan produktivitas dalam rangka pengembangan dan pertumbuhan ekonomi, maka masalah penelitian ini dirumuskan sejauh manakah model OVOD mampu menjadi basis pengem-bangan produktivitas ekonomi pariwisata yang secara khusus dijelaskan: (1) berdasarkan karakteristik model OVOD, dengan tiga variabel utama yaitu fisik, sosial dan ekonomi, (2) menetapkan indikator keberhasilan model OVOD, dan (3) merumuskan strategi penggunaan model OVOD.
Komentar Terbaru