Pengembangan Dinding Kaca Air Terjun Sebagai Wet Scrubber Untuk Reduksi Pencemar Udara Pada Ruang Khusus Merokok

Asap rokok merupakan salah satu polutan udara yang sangat berbahaya baikbagi perokok aktif maupun perokok pasif. Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan dan terdapat lebih dari 200 macam racun (Mu’tadin, 2007) dalam Dimas Sondang Irawan ,2009.
Asap rokok itu mengandung antara lain karbon monoksida (CO), nikotin, dan polycyclic aromatic hidrocarbon yang mengandung zat pemicu terjadinya kanker. Walau himbauan untuk tidak merokok, dan pada bungkus rokok sudah bertuliskan “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin”, tetapi perokok tetap semakin banyak.
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan. Keluhan tersebut biasanya tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan kecacatan tetap, tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak menyenangkan dan bahkan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja para pekerja, dalam Corie Indria Prasasti1), J. Mukono.2), Sudarmaji3), 2005.
Dinding kaca air terjun sering dibuat untuk tujuan estetika dan efek alami pada ruangan, biasanya dibuat pada ruang tertentu yang menonjolkan keindahan seperti di ruang tunggu atau hall. Dinding kaca air terjun merupakan dinding kaca pembatas ruang yang dikombinasikan dengan air terjun yang dapat menambah estetika dan memberikan nuansa sejuk serta alami pada ruang tersebut. Prinsip kerja sistem ini adalah mensirkulasi air dan mengalirkannya pada dinding kaca.
Pencemaran udara dalam ruangan dapat terjadi melalui dua hal, yakni masuknya udara tercemar dari luar ke dalam ruangan atau adanya aktivitas yang menghasilkan polutan di dalam suatu ruangan. Pada prinsipnya, pencemaran di dalam ruangan terjadi karena ruang yang tertutup rapat terkontaminasi oleh zat atau substansi (komponen) kimia (Tanjung, 1994) dalam Corie Indria Prasasti1), J. Mukono.2), Sudarmaji3), 2005.
Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan dan terdapat lebih dari 200 macam racun (Mu’tadin, 2007). Asap rokok itu mengandung antara lain karbon monoksida (CO) , nikotin, dan polycyclic aromatic hidrocarbon yang mengandung zat pemicu terjadinya kanker (tarbenzopyrenes,, nitroso-nor-nicotin, kadmium, hydrogen cyanide, vinyl chlorid, toluane, arsanic, phenol butana, amonia, methanol, acaton) selain itu asap rokok yang dihirup juga mengandung komponen gas dan partikel yang berbahaya (Guidotti et al, 2007) dalam Dimas Sondang Irawan, 2009.
Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung. Nikotin, merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan beracun pada dosis tinggi. Zat yang terdapat dalam tembakau ini sangat adiktif, dan mempengaruhi otak dan system saraf. Efek jangka panjang penggunaan nikotin akan menekan kemampuan otak untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mendapatkan tingkat kepuasan (Hans, 2003). Tar, mengandung zat kimia sebagai penyebab terjadinya kanker dan menganggu mekanisme alami pembersih paru-paru, sehingga banyak polusi udara tertinggal menempel di paru-paru dan saluran bronchial. Tar dapat membuat system pernapasan terganggu salah satu gejalanya adalah pembengkakan selaput mucus
Gas karbonmonoksida (CO) mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (Oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan asupan oksigen melalui kompensasi pembuluh darah dimana pembuluh darah akan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses arterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil. Kekurangan oksigen karena CO (karbon monoksida) (Theodorus, 1994)dalam Corie Indria Prasasti1), J. Mukono.2), Sudarmaji3), 2005.
Kadar CO yang terhisap juga akan mengurangi nilai VO2max. VO2max merupakan pengambilan oksigen maksimal dan ditentukan untuk mengukur tingkat daya tahan jantung paru.
Wet scrubber adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan variasi alat yang menggunakan liquid untuk membuang polutan. Pada wet scrubber, arus gas kotor dibawa menuju kontak dengan liquid pencuci dengan cara menyemprotkan, mengalirkannya atau dengan metode kontak lainnya. Tentu saja desain dari alat kontrol polusi udara (termasuk wet scrubber) tergantung pada kondisi proses industri dan sifat alami polutan udara yang bersangkutan. Karakteristik exhaust gas dan sifat debu, jika terdapat partikel, adalah hal yang sangat penting. Scrubber dapat didesain untuk mengumpulkan polutan partikel dan/atau gas. Wet scrubber membuang partikel dengan cara menangkapnya dalam tetesan atau butiran liquid. Sedangkan untuk polutan gas proses wet scrubber adalah dengan melarutkan atau menyerap polutan ke dalam liquid. Adapun butiran liquid yang masih terdapat dalam arus gas pasca pencucian selanjutnya harus dipisahkan dari gas bersih dengan alat lain yang disebut mist eliminator atau entrainment separator (Daniel Mussatti & Paula Hemmer, 2002).
Wet scrubber merupakan proses menghilangkan gas-gas beracun yaitu dengan mereaksikan air dengan bahan-bahan kimia lainnya (http:en.wikipedia.org/wiki/Scrubber, diakses 20 Nop 2008). Karakteristik gas/udara yang terkandung sangat penting untuk mempertimbangkan desain wet scrubber. Wet scrubber akan menangkap gas pencemar dan melarutkannya ke dalam cairan scrubber. Pada penelitian tahun sebelumnya, zat pencemar karbonmonoksida dan debu dari asap rokok direduksi dengan alat scrubber.
Hasil penelitian sebelumnya, dengan alat pengembangan kaca air terjun menjadi wet scrubber dapat menurunkan kadar CO dan debu. Efisiensi optimum untuk penurunan kadar CO sebesar 45,1 % terjadi pada perlakuan debit 0,4 lt/dt dan arang aktif 40 cm, pada waktu operasional alat 2 jam. Efisiensi optimum untuk penurunan kadar debu sebesar 71,5 %, terjadi pada debit 0,1 lt/dt dengan tebal arang aktif 20 cm, pada waktu operasional alat 3 jam. Dari hasil tersebut, alat ini lebih efektif menurunkan debu dan kurang efektif untuk menurunkan CO. Aktivitas merokok menghasilkan gas dan debu yang dapat mengakibatkan air terjunan yang diresirkulasi menjadi keruh dan berwarna, dan air ini akan dijernihkan. Pada tahun kedua ini, tujuan penelitian adalah untuk :
- mengetahui pengaruh debit terhadap penurunan debu dan karbonmonoksida;.
- mengetahui kualitas air (COD, BOD, pH dan kekeruhan) hasil resirkulasi
- mengetahui efisiensi penurunan kadar CO dan debu
Luaran yang diharapkan adalah diciptakan alat wet srubber kaca air terjun yang dapat menurunkan kadar CO dan debu di dalam ruang merokok. Pada tahun kedua ini ingin diciptakan alat wet scrubber kaca air terjun yang mampu beroperasi selama 8 jam secara kontinu.
Komentar Terbaru