Pengembangan Pantai Baros Berkonsep Edu Ekowisata

Dusun Baros merupakan dusun yang ada di Desa Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Dusun ini merupakan salah satu dusun di ujung Muara Sungai Opak. Kegiatan konservasi lingkungan sudah dimulai di dusun ini oleh KP2B (Kelompok Pemuda Pemudi Baros). Kegiatan konservasi lingkungan itu dilatarbelakangi oleh kondisi lahan pertanian di sekitar muara Opak yang tidak stabil dan juga beberapa permasalahan yang disebabkan oleh dinamika alam (seperti aberasi, gangguan angin laut, ancaman tsunami, dan ancaman intrusi).
Dengan adanya berbagai fenomena tersebut maka Kelompok Pemuda Pemudi Baros (KP2B) mulai melakukan inisiatif penanaman mangrove dan juga berbagai tanaman pantai lainnya. Dengan adanya kegiatan konservasi lingkungan di Pantai Baros ini, KP2B semakin memperoleh kepercayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan desa Baros secara lestari. Warga dusun Baros juga dapat melakukan aktivitas pertanian dengan tenang karena berkurangnya ancaman abrasi dan juga lahan pertanian lebih produktif karena berkurangnya gangguan angin laut. Dengan kegiatan konservasi ini menambah perhatian serta peluang pengembangan ke depan.
Penanaman mangrove di Pantai Baros ini di masa yang akan datang prospeknya sangatlah besar bagi kemakmuran warga masyarakat sekitar asalkan mulai dari sekarang dimanfaatkan dengan benar. Terdapat peluang besar pengembangan kemakmuran masyarakat sekitar yaitu: a) pengembangan wisata alam pantai yang sekaligus dapat berfungsi sebagai pusat pendidikan lingkungan pesisir di Yogyakarta; b) selain itu juga dapat dikembangkan perikanan payau dengan kolam jebak ataupun keramba jaring apung.
Saat ini pemanfaatan tumbuh-tumbuhan di ekosistem mangrove sebagai bahan pangan dan untuk pengobatan semakin meningkat. Buah dari tumbuhan mangrove dapat diolah menjadi bahan pangan pengganti makanan pokok yang mengandung karbohidrat. Dengan demikian, selain beras, ubi jalar, singkong/ubi kayu, talas, jagung, pisang, dan sagu, buah mangrove menjadi salah satu pilihan makanan pokok, khususnya karbohidrat. Sebuah penelitian membuktikan bahwa buah tumbuhan mangrove jenis tanjang (Bruguiera gymnorhiza) atau dikenal sebagai buah aibon mengandung karbohidrat yang tinggi yaitu 92,94% hampir setara dengan singkong yang mengandung 92,5% karbohidrat. Bahkan kandungan protein buah tanjang mencapai 4,06% lebih tinggi dari isngkong yang hanya 3,19% (Kordi, 2012: 218).
Selain itu, tumbuhan mangrove juga telah dikenal dalam pengobatan tradisional. Penggunaan kulit batang dan kulit akar, daun, dan buah mangrove untuk pengobatan sudah sejak lama di desa-desa pesisir dan pulau-pulau. Namun studi ilmiah dalam bidang farmakologi mengenai tumbuhan mangrove masih terbatas.
Ekosistem mangrove juga merupakan penyangga kehidupan di darat, karena berbagai hewan darat, termasuk burung hidup mencari makan di ekosistem ini. Bahkan menjadi tempat untuk mencari makan dan beristirahat bagi burung-burung migran antarbenua. Selain itu, serasah daun dan ranting yang gugur merupakan sumber bahan organik penting dalam rantai makanan (food chain) di dalam lingkungan perairan. Daun dan ranting yang gugur ke dalam air akan segera menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan air atau dihancurkan lebih dahulu oleh kegiatan bakteri dan jamur. Hancuran bahan-bahan organik kemudian menjadi bahan makanan penting bagi cacing, krustase, dan hewan-hewan lain. Pada tingkat berikutnya, hewan-hewan inipun menjadi makanan bagi hewan-hewan lainnya yang lebih besar dan seterusnya. Kesuburan perairan sekitar kawasan mangrove tergantung pada masukan bahan organik yang berasal dari guguran daun dan ranting tersebut.
Hal-hal itulah yang melatarbelakangi dilaksanakannya Program KKN PPM UAD tahun 2016 yang berlokasi di Dusun Baros Tirtohargo yang bertema Pengembangan Hutan Mangrove.
Komentar Terbaru